Teknologi Pikat NASA Kelapa Sawit
Dalam usaha meningkatkan produksi kelapa sawit, Ekstensifikasi merupakan salah satu metode yang sering digunakan, akan tetapi dalam prosesnya memerlukan lahan yang lebih luas serta lebih banyak memerlukan tenaga kerja. Dari kendala yang ditemui dalam ekstensifikasi tersebut, maka metode Intensifikasi menjadi salah satu hal wajib dalam peningkatan produksi sawit.
Teknologi PIKAT NASA Kelapa Sawit hadir untuk memenuhi solusi dalam proses intensifikasi produksi pada kelapa sawit. Teknologi PIKAT NASA (Pengelolaan Intensif Kesuburan Alami Terpadu NASA) dari PT Natural Nusantara ini mampu memenuhi semua kebutuhan tanah dan tanaman secara terpadu (lengkap) yaitu unsur hara makro dan mikro, hormon dan enzim pertumbuhan, asam-asam organik serta beberapa jenis mikroorganisme yang berguna bagi tanaman.
Teknologi PIKAT NASA Kelapa Sawit dapat membantu pembudidayaan kelapa sawit secara organik untuk memperoleh kestabilan produksi sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.
Teknologi PIKAT NASA telah teruji secara:
  • Multi Komoditi
    Telah digunakan pada semua jenis tanaman budidaya (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan), termasuk kelapa sawit
  • Multi Lokasi
    Telah digunakan di berbagai kondisi lahan (dataran rendah – dataran tinggi, lahan basah – lahan kering, lahan normal – lahan kritis) dan di berbagai wilayah (berbagai jenis tanah) di Indonesia
  • Multi Waktu
    telah digunakan sejak tahun 1996

Manfaat Teknologi PIKAT NASA pada Kelapa Sawit

  • Mempercepat pertumbuhan kelapa sawit
  • Meningkatkan hasil panen kelapa sawit
    – bobot / berat panen lebih tinggi
    – waktu panen lebih awal, masa panen puncak lebih lama
    – usia produksi lebih lama
  • Meningkatkan kualitas hasil panen
  • Meningkatkan daya tahan tanaman terhadap penyakit
  • Memperbaiki tanah yang rusak / mengembalikan kesuburan tanah
  • Mengurangi penggunaan pupuk kimia
  • Menguntungkan secara ekonomi. Bisa dipilih sesuai kondisi keuangan
    Alternatif A, B atau C
Biaya produksi dengan prinsip PIKAT NASA dibandingkan sebelumnya:
A. Lebih Rendah⇒ Hasil Panen Sama dengan Sebelumnya
B. Sama⇒ Hasil Panen Lebih Tinggi dengan Sebelumnya
C. Lebih Tinggi⇒ Hasil Panen Naik Optimal
Sebagai contoh: setiap aplikasi pupuk NPK dengan biaya 2 juta per hektar, maka:
Alternatif A:Biaya pupuk NPK 750.000 + Produk NASA750.000⇒ Hasil Panen = sebelumnya
Alternatif B:Biaya pupuk NPK 1 juta + Produk NASA 1 Juta⇒ Hasil panen naik 30-50 %
Alternatif C:Biaya pupuk NPK 1,5 juta + Produk NASA 1 juta⇒ Hasil panen naik 70-200 %

Cara Penggunaan Produk NASA pada Kelapa Sawit

1. PEMBIBITAN

  • Penyemprotan bibit: 3 tutup botol POC NASA + 1 tutup Hormonik /tangki / 2 minggu, atau
  • Penyiraman: 3 tutup POC NASA + 1 tutup Hormonik /10 liter air, kemudian disiramkan 1 gelas Aqua untuk setiap polibag 2 minggu sekali

2. TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM)

  1. Umur 0-1 tahun
    • 0,5 kg SUPERNASA untuk 25 batang tanaman setiap 6 bulan sekali
    • Semprot 3-5 tutup POC NASA + 1 tutup Hormonik /tangki / 1-2 bulan sekali
  2. Umur 1-2 tahun
    • 1 kg SUPERNASA untuk 25 batang tanaman setiap 6 bulan sekali
    • Semprot 3-5 tutup POC NASA + 1 tutup Hormonik /tangki / 1-2 bulan sekali
  3. Umur 2-3 tahun
    • 3-6 kg SUPERNASA untuk 1 hektar / 6 bulan

3. TANAMAN MENGHASILKAN (TM)

  1. Pilihan Utama = 3-6 kg POWER NUTRITION / hektar / 6 bulan sekali
  2. Pilihan Standar = 1,5-3 kg POWER NUTRITION + 1,5-3 kg SUPERNASA / hektar / 6 bulan
  3. Pilihan Minimal = 3-6 kg SUPERNASA / hektar / 6 bulan
Keterangan
  • Penggunaan POWER NUTRITION dan SUPERNASA dapat dilakukan dengan dicampur bersama pupuk NPK atau tanah, pasir, abu untuk memudahkan aplikasi ke lahan. Dapat juga dengan cara diencerkan terlebih dahulu untuk disiramkan, dengan cara larutkan 200 – 400 gram (20 – 40 sendok makan) dalam 10 – 20 liter air, kemudian siramkan 1-2 liter larutan pupuk per 1 pohon
  • Dosis pupuk makro / NPK / Kimia dapat dikurangi 25-50 % dari dosis kebiasaan setempat. Jika tidak dikurangi akan lebih baik
  • POC NASA dan HORMONIK dapat diganti dengan Pupuk Organik Serbuk GREENSTAR dengan dosis 0,5 sachet (10 gr)/tangki semprot 10-20 liter
  • SUPERNASA dapat diganti dengan SUPERNASA GRANULE (Dosis 50 kg/hektar)
Untuk mengatasi serangan layu tanaman sawit karena jamur dapat digunakan produk Agens Hayati atau Pestisida alami Natural GLIO.
Itulah penjabaran singkat tentang panduan teknik budidaya dengan teknologi PIKAT NASA pada Kelapa Sawit dari PT Natural Nusantara dengan harapan bisa membantu meningkatkan produksi kelapa sawit.

Pentingnya Penggunaan Pupuk Organik Pada Sektor Pertanian

Sejarah penggunaan pupuk pada dasarnya merupakan bagian daripada sejarah pertanian. Penggunaan pupuk diperkirakan sudah dimulai sejak permulaan manusia mengenal bercocok tanam, yaitu sekitar 5.000 tahun yang lalu. Bentuk primitif dari penggunaan pupuk dalam memperbaiki kesuburan tanah dimulai dari kebudayaan tua manusia di daerah aliran sungai-sungai Nil, Efrat, Indus, Cina, dan Amerika Latin. Lahan-lahan pertanian yang terletak di sekitar aliran-aliran sungai tersebut sangat subur karena menerima endapan lumpur yang kaya hara melalui banjir yang terjadi setiap tahun.

Di Indonesia, pupuk organik sudah lama dikenal para petani. Penduduk Indonesia sudah mengenal pupuk organik sebelum diterapkannya revolusi hijau di Indonesia. Setelah revolusi hijau, kebanyakan petani lebih suka menggunakan pupuk buatan karena praktis menggunakannya, jumlahnya jauh lebih sedikit dari pupuk organik, harganya pun relatif murah dan mudah diperoleh. Kebanyakan petani sudah sangat tergantung pada pupuk buatan, sehingga dapat berdampak negatif terhadap perkembangan produksi pertanian. Tumbuhnya kesadaran para petani akan dampak negatif penggunaan pupuk buatan dan sarana pertanian modern lainnya terhadap lingkungan telah membuat mereka beralih dari pertanian konvensional ke pertanian organik.

Pupuk organik sendiri merupakan pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada kadar haranya. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota (sampah).

Berbagai hasil penelitian mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan pertanian intensif menurun produktivitasnya dan telah mengalami degradasi lahan, terutama terkait dengan sangat rendahnya kandungan karbon organik dalam tanah, yaitu 2%. Padahal untuk memperoleh produktivitas optimal dibutuhkan karbon organik sekitar 2,5%. Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan.

Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan. Sumber bahan untuk pupuk organik sangat beranekaragam, dengan karakteristik fisik dan kandungan kimia yang sangat beragam sehingga pengaruh dari penggunaan pupuk organik terhadap lahan dan tanaman dapat bervariasi. Selain itu, peranannya cukup besar terhadap perbaikan sifat fisika, kimia biologi tanah serta lingkungan. Pupuk organik yang ditambahkan ke dalam tanah akan mengalami beberapa kali fase perombakan oleh mikroorganisme tanah untuk menjadi humus. Bahan organik juga berperan sebagai sumber energi dan makanan mikroba tanah sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroba tersebut dalam penyediaan hara tanaman.

Penambahan bahan organik di samping sebagai sumber hara bagi tanaman, juga sebagai sumber energi dan hara bagi mikroba. Bahan dasar pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman sedikit mengandung bahan berbahaya.
Penggunaan pupuk kandang, limbah industri dan limbah kota sebagai bahan dasar kompos berbahaya karena banyak mengandung logam berat dan asam-asam organik yang dapat mencemari lingkungan. Selama proses pengomposan, beberapa bahan berbahaya ini akan terkonsentrasi dalam produk akhir pupuk. Untuk itu diperlukan seleksi bahan dasar kompos yang mengandung bahan-bahan berbahaya dan beracun (B3). Pupuk organik dapat berperan sebagai pengikat butiran primer menjadi butir sekunder tanah dalam pembentukan pupuk. Keadaan ini memengaruhi penyimpanan, penyediaan air, aerasi tanah, dan suhu tanah. Bahan organik dengan karbon dan nitrogen yang banyak, seperti jerami atau sekam lebih besar pengaruhnya pada perbaikan sifat-sifat fisik tanah dibanding dengan bahan organik yang terdekomposisi seperti kompos.

Pupuk organik memiliki fungsi kimia yang penting seperti penyediaan hara makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan sulfur) dan mikro seperti zink, tembaga, kobalt, barium, mangan, dan besi, meskipun jumlahnya relatif sedikit.[8] Unsur hara makro dan mikro tersebut sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, terutama bagi pencinta tanaman hias. Banyak para pelaku hobi dan pencinta tanaman hias bertanya tentang komposisi kandungan pupuk dan prosentase kandungan nitrogen, fosfor dan kalium yang tepat untuk tanaman yang bibit, remaja, atau dewasa/indukan.

Dengan demikian, penggunaan Pupuk Organik mempunyai banyak manfaat apabila diaplikasikan dalam pemupukan lahan tanaman pertanian. Adapun penekanan pemakaian pupuk organik secara kontinu dan berkesinambungan akan memberikan keuntungan dan manfaat dalam pemakaian jangka panjang:
1. Pupuk organik mampu berperan memobilisasi atau menjembatani hara yang sudah ada ditanah sehingga mampu membentuk partikel ion yang mudah diserap oleh akar tanaman.
2. Pupuk organik berperan dalam pelepasan hara tanah secara perlahan dan kontinu sehingga dapat membantu dan mencegah terjadinya ledakan suplai hara yang dapat membuat tanaman menjadi keracunan.
3. Pupuk organik membantu menjaga kelembaban tanah dan mengurangi tekanan atau tegangan struktur tanah pada akar-akar tanaman
4. Pupuk organik dapat meningkatkan struktur tanah dalam arti komposisi partikel yang berada dalam tanah lebih stabil dan cenderung meningkat karena struktur tanah sangat berperan dalam pergerakan air dan partikel udara dalam tanah, aktifitas mikroorganisme menguntungkan, pertumbuhan akar, dan kecambah biji.
5. Pupuk organik sangat membantu mencegah terjadinya erosi lapisan atas tanah yang merupakan lapisan mengandung banyak hara.
6. Pemakaian pupuk organik juga berperan penting dalam merawat/menjaga tingkat kesuburan tanah yang sudah dalam keadaaan berlebihan pemupukan dengan pupuk anorganik/kimia dalam tanah.
7. Pupuk organik berperan positif dalam menjaga kehilangan secara luas hara Nitrogen dan Fosfor terlarut dalam tanah
8. Keberadaan pupuk organik yang tersedia secara melimpah dan mudah didapatkan.
Namun demikian, perlu juga disadari bahwa keuntungan dan manfaat ganda diatas yang tidak didapatkan dalam pemakaian murni dengan pupuk anorganik/buatan/kimia. Langkah terbaik adalah mengkombinasikan pemakaian pupuk kimia dengan pupuk organik secara tepat sehingga tujuan awal untuk menambah kesuburan tanah dan peningkatan produktiftas tanaman pertanian terbukti nyata, atau penggabungannya disebut dengan Fisika, Kimia dan Biologi.  

Bejo Munanto, S.Pt
Penyuluh Pertanian Madya 
Kantor Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kab. Kulon Progo




Mari bersatu memajukan perekonomian bangsa dan NKRI dari sektor perkebunan, terutama perkebunan Karet. WE CAN YOU CAN !!! 

Konsultasi : 082137868186

Potensi Perkebunan Karet

   Tanaman karet di Kalimantan Timur merupakan komoditi tradisional yang sudah relatif lama diusahakan sebagai perkebunan rakyat, namun karena pengaruh harga yang berfluktuasi sangat tajam usaha perkaretan beberapa waktu yang lalu sempat ditinggalkan oleh petani perkebunan untuk beralih kepada usaha lain yang dianggap lebih menguntungkan. Namun saat ini seiring dengan semakin membaiknya harga karet di pasaran komoditi karet kembali banyak diusahakan oleh masyarakat dan di beberapa tempat komoditi tersebut merupakan sumber mata pencaharian utama masyarakatnya.

Luas areal pertanaman karet saat ini (tahun 2013) tercatat seluas 103.117 Ha yang terdiri dari areal perkebunan rakyat 89.341 Ha, perkebunan besar negara sebesar 709 Ha dan perkebunan besar swasta 13.067 Ha dengan produksi seluruhnya berjumlah 59.963 ton karet kering.

Produk tersebut pada umumnya dipasarkan ke Banjarmasin untuk kebutuhan pabrik Crumb Rubber. Pusat pertanaman karet terbesar berada di Kabupaten Kutai Barat (Kecamatan Melak dan Barong Tongkok) yang dikembangkan oleh petani pekebun melalui proyek TCSSP bantuan dari Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB). Areal penanaman karet lainnya yang cukup luas berada di Kecamatan Palaran dan Samarinda Ilir (Kota Samarinda), Kecamatan Balikpapan Timur dan Balikpapan Utara (Kota Balikpapan), Kecamatan Segah dan Talisayan (Kabupaten Berau), Kecamatan Tanjung Selor (Kabupaten Bulungan), Kecamatan Kota Bangun, Marang Kayu, Samboja dan Muara Badak (Kecamatan Kutai Kartanegara). Selain itu juga terdapat kebun plasma milik petani pekebun di Kecamatan Long Kali (Kabupaten Paser) dan di Kecamatan Marang Kayu (Kabupaten Kutai Kartanegara) yang kedua - duanya merupakan binaan dari PTPN XIII. Perkebunan Karet milik perkebunan besar swasta terletak di Kabupaten Penajam Paser Utara milik PT. Majapahit Agroindustri Corp Ltd dan di Kabupaten Kutai Kartanegara milik PT. Hasfarm Product.
Perkembangan data statistik, produksi, produktivitas dan tenaga kerja perkebunan Kalimantan Timur komoditi karet tahun 2008 - 2013 dapat dilihat pada tabel berikut :





Tabel 1. Rekapitulasi Luas Areal, Produksi & Tenaga Kerja Karet
TahunLuas TM (Ha)Luasan Total (Ha)Produksi (Ton)Produktivitas (Kg/Ha)TKP (Orang)
201350.345 103.117 59.963 1.191 59.436 
201242.55491.78451.9821.22256.230
2011 41.23584.71349.6521.20453.346
201039.90378.37943.8531.09951.687
200940.26675.92543.9331.09151.249
200838.86474.67243.4031.11749.556
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur (2014)

Tabel 2. Rekapitulasi Luas Areal, Produksi & Tenaga Kerja Menurut Kabupaten/Kota 2013
Kabupaten/Kota
Luasan Total
(Ha)
Produksi
(Ton)
Produktivitas
(Kg/Ha)
TKP
(Orang)
Kutai Kartanegara
23.1179.963762 10.625
Kutai Timur8.779481 9905.921
Kutai Barat34.42135.2781.62024.503
Mahakam Hulu1.705 275 622 1.118 
Penajam P. U. 10.9221.893 377 3.317 
P a s e r 13.9879.227 1.4188.430 
B e r a u2.706 209 449 1.775 
Samarinda 905315 754514 
Balikpapan 4.4982.322 1.080 2.006 
Bontang11630 
Bulungan210-166 
Nunukan108-90 
Malinau1.626-923 
Tana Tidung151518 
Tarakan---
Tahun 2013103.11759.9631.19159.436
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur (2014)

Produk Turunan Komoditas Karet : 

Mari bersatu memajukan perekonomian bangsa dan NKRI dari sektor perkebunan, terutama perkebunan Karet. WE CAN YOU CAN !!! 
Konsultasi : 082137868186 

Budidaya Dan Perawatan Tanaman Perkebunan Kakao


  Dalam dunia pertanian,tanaman kakao / coklat ini sudah tidak asing lagi bagi para petani kakao di distrik Prafi dalam merawat tanaman tersebut,namun adakalanya dari beberapa cara merawat tanaman kakao ini kita masih belum bisa menghasilkan hasil yang sesuai dengan yang kita harapkan. Nah disini kita akan coba bersama-sama mengupas permasalahan dari tanaman kakao tersebut.
   Dari hasil survey di luar Manokwari (Lampung), tanaman kakao ini mampu berproduksi antara 17-20 ton basah perhektar perbulan pada tahun 2010-an,wowww... sangat luar biasa. Sedangkan untuk distrik Prafi-Manokwari maximal 300kg kering perbulan perhektarnya,sungguh nilai nominal yang sangat jauh berbeda tentunya. Lalu apa yang membuat perbedaan pendapatan dari hasil panen tersebut...??? Tentu ada beberapa hal / cara yang mungkin belum di ketahui oleh kebanyakan para petani kakao di Indonesia dan khususnya distrik Prafi-Manokwari.
   Ada 4 hal pokok yang di lakukan oleh para petani kakao di Lampung yang dapat di terapkan oleh semua petani kakao adalah sebagai berikut : 
  • 1. Pelindung tanaman kakao
    Pelindung tanaman kakao ini cukup penting perannya dalam meningkatkan produksi kakao di distrik Prafi-Manokwari,mengingat tanaman kakao ini baru bisa stabil tumbuhnya jika berada di suhu antara 8°C - 30°C,maka para petani kakao di himbau untuk menanam tanaman pelindung, minimal dengan jarak 15m X 20m. Lalu tanaman pelindung jenis apa yang cocok untuk tanaman kakao ini...??? Tanaman PETE,sangat cocok untuk di jadikan tanaman pelindung para petani kakao. Selain buahnya yang dapat menambah penghasilan,tanaman yang satu ini bisa menggugurkan daunnya dan kemudian bersemi kembali,jadi tanaman kakao tidak terus menerus terlindungi oleh tanaman pelindung,adakalanya tanaman kakao kita dapat tersinari oleh matahari secara full / keseluruhan. Selain daripada itu, daun PETE yang berguguran tersebut dapat menjadi pupuk alami setelah menjadi humus di tanah.
  • 2. Pemangkasan tanaman kakao
    Pemangkasan ini terdengar sepele,namun jika pemangkasan ini tidak di lakukan dengan benar / asal mangkas, maka hasil dari produksi tanaman kakao tersebut justru akan mengalami penurunan dari bulan ke bulan berikutnya. Terlebih lagi,jika terlalu rimbun,maka akan timbul parasit seperti lumut,benalu dll yang melekat di batang tanaman kakao.
Adapun beberapa cara pemangkasan yang di lakukan oleh para petani Kakao di Lampung adalah sebagai berikut : 

PERTAMA, Pangkaslah dahan-dahan yang terlihat bertumpuk dan tidak berproduksi lagi,untuk dahan yang menjulur ke samping, sisakan untuk 4 mata angin dengan tujuan agar ada hubungan antara 1 pohon kakao dengan pohon kakao yang berada di sebelahnya.

KEDUA, Peliharalah 1 tunas kakao di setiap tanaman kakao yang menjulur lurus ke atas,dengan tujuan,agar tanaman kakao ini tinggi hingga kurang lebihnya 8meter. Di setiap ketinggian 2 meter, peliharalah cabang kakao yang menjulur ke samping untuk 4 arah mata angin dengan tujuan yang sama,yaitu agar ada hubungan antara 1 tanaman kakao dengan tanaman kakao yang berada di sebelahnya.

KETIGA, Dari kedua hal yang sangat penting diatas,maka tidak kalah pentingnya yaitu sinar matahari sebagai pengolah makanan tanaman kakao dengan proses fotosintesisnya. Maka dari itu,pemangkasan dan pemeliharaan tunas jangan sampai menghalangi sinar matahari yang akan menyinari tanah,batang dan daun. Sebab,jika tanah kurang terkena sinar matahari,maka produksi tanaman kakao akan kurang sempurna akibat penyerapan unsur hara oleh daun berkurang. Kurang lebihnya 20% tanah terkena sinar matahari.
  • 3. Pemupukkan tanaman kakao
    Untuk pemupukkan tanaman kakao ini bisa kita pupuk dengan pupuk kandang dan di campur dengan pupuk urea/KCL,maka hasilnyapun akan lebih produktif di banding jika anda tidak memberikan pupuk sama sekali. Untuk Pupuk kandang itu sendiri mudah di jumpai di distrik Prafi-Manokwari. Pemupukkan tanaman kakao ini akan lebih efektif jika di lakukan dengan benar,lalu bagaimana cara yang benar untuk pemupukkan tanaman kakao ini...???
   Salah satunya adalah dengan memasukkan pupuk kandang tersebut ke dalam tanah di 4 mata angin pada tiap-tiap tanaman kakao dan hal ini cukup di lakukan untuk 1 tahun 1 kali saja. Untuk meletakkan pupuk kandang di dalam tanah,Kita bisa menggunakan bor tanah dengan diameter 3inch-4inch dengan kedalaman pengeboran antara 30cm-40cm dan jarak dari tanaman kakao antara 50cm-60cm.
  • 4. Pengendali hama
    Untuk pengendali hama pada tanaman kakao ini,para petani kakao di distrik Prafi-Manokwari masih lebih banyak menggunakan pestisida,namun hasilnya masih cukup mengecewakan,mengapa...???
Seperti yang kita ketahui,bahwa pestisida hanya mampu untuk jenis-jenis serangga seperti kupu-kupu,ulat,semut dll,namun untuk jenis tikus tentunya tidak berpengaruh,karena di distrik Prafi-Manokwari ini,serangga yang paling menurunkan hasil para petani kakao adalah tikus. Yang mana tikus ini akan melubangi buah kakao,sehingga buah kakao tersebut bijinya berjatuhan dan membusuk. Untuk mengatasi hal ini,ada baiknya kita mengambil pengalaman dari para petani kakao di Lampung,yaitu dengan memelihara semut hitam,namun untuk di distrik Prafi-Manokwari saya belum pernah menjumpai jenis semut yang satu ini,tapi bisa kita ganti semut hitam tersebut dengan jenis semut serupa yang ada di distrik Prafi-Manokwari yaitu semut merah (angkrang).
    Semut merah ini memiliki ukuran,bentuk tubuh dan air kencing yang sama dengan semut hitam. Jadi,selama tanaman kakao ini di penuhi dengan semut merah,maka hama tikus,ulat,kupu-kupu dll tidak akan ada lagi di tanaman kakao kita.

Keuntungan memelihara semut merah di tanaman kakao. 

    Beberapa hal yang dapat kita ambil manfaatnya dari memelihara semut merah adalah tidak jauh dari keuntungan memelihara semut hitam oleh para petani kakao di Lampung. Adapun keuntungan-keuntungannya adalah sebagai berikut :

A. Mengusir hama yang tidak menguntungkan seperti Tikus,Ulat,Kupu-Kupu dll.
B. Membantu penyerbukkan bunga tanaman kakao.
C. Tidak di perlukan lagi obat-obatan pestisida untuk menekan hama pada tanaman kakao.

Lalu apa yang harus kita lakukan,agar semut merah ini betah untuk tinggal dan berkembangbiak di tanaman kakao...???

   Ya...untuk jawaban yang satu ini tentu anda memiliki pendapat sendiri-sendiri ya? 
Berdasarkan pengalaman demi pengalaman,maka kita harus tahu dulu habitat dan pola hidup dari semut merah ini. Dan ALL hasilnya ternyata cukup mudah,antara lain :
  1. Biarkan daun-daun tanaman kakao tersebut berserakan di bawah tanaman kakao,hal ini untuk perkembangbiakkan semut merah itu sendiri.
  2. Dengan pemangkasan yang benar seperti yang telah di jelaskan di atas,maka semut merah ini dapat berjalan dari 1 tanaman kakao ke tanaman kakao yang lainnya tanpa harus turun ke tanah terlebih dahulu,jadi semut merah ini tidak terisolasi di 1 tanaman kakao saja. Hal ini dapat mempercepat perkembangbiakkan semut merah itu sendiri.
  3. Jangan menggunakkan obat-obatan pestisida untuk kepentingan apapun,karena hal ini dapat membuat semut merah terganggu dalam perkembangbiakkannya.

Hal pertama yang harus di lakukan untuk menempatkan semut merah di tanaman kakao ini adalah : 
" Pastikan bahwa hama lain sudah berkurang"

Bagaimana cara memastikannya...???

Semprot tanaman kakao anda dengan pestisida,hal ini di maksudkan agar semut merah memiliki populasi terbesar di tanaman kakao anda,sehingga hama lain akan sulit untuk berkembangbiak.
Demikian ulasan tentang tanaman kakao ,semoga bermanfaat untuk semua petani kakao di Indonesia


Mari bersatu memajukan perekonomian bangsa dan NKRI dari sektor perkebunan, terutama perkebunan Kakao. WE CAN YOU CAN !!! 
Konsultasi : 082137868186

Deklarasi Komunitas Pecinta Kelapa Sawit


INFO SAWIT, MEDAN – Kelapa sawit merupakan satu penopang kemakmuran perekonomian bagi masyarakat di Indonesia, selain sawit bisa tumbuh subur, kualitasnya juga asal tanah air diakui dunia. Bahkan, kualitas sawit Indonesia bisa mengalahkan sumber kelapa sawit dunia yakni Afrika.
Guna menjaga kelangsungan sawit di Indonesia, dan pasarnya tidak terganggu di dunia, sejumlah praktisi, akademisi dan penggiat sosial serta masyarakat mendeklarasikan Komunitas Pecinta Sawit di Aula Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara (USU), Kamis (25/2).
 Koordinator Komunitas Pecinta Sawit, Prof DR Ir Erwin Masrul Harahap MS mengatakan, setiap wilayah diberikan kecocokan masing-masing untuk menanam. Di Indonesia, kecocokannya untuk menanam kelapa sawit, sehingga sejak keberadaan sawit pada 1911 atau sekitar 100-an tahun silam, kualitas sawit di Indonesia menjadi yang terbaik di dunia mengalahkan daerah asalnya Afrika.
“Sawit ini merupakan anugeran dan rahmat dari Tuhan yang diberikan kepada masyarakat di Indonesia. Maka dari itu dengan niat menyebarkan pengetahuan tentang kelapa sawit beserta turunannya, maka kami deklarasikan komunitas pecinta sawit,” katanya saat membacakan deklarasi tersebut, seperti tercatat dalam rilis yang diterima InfoSAWIT, Jumat (26/2).
Erwin juga menyampaikan, Komunitas Pecinta Sawit memiliki tag line Palm Oil for Prosperity (Kelapa Sawit untuk Kemakmuran). Dapat dilihat saat ini, jumlah luas lahan kelapa sawit di Indonesia mencapai 11 juta hektare, pada 2020 diperkirakan akan menjadi 20 juta hektare. Hal ini menunjukkan kelapa sawit  menjadi satu penopang perekonomian tanah air, untuk itulah kita sama-sama harus menjaga demi kemakmuran suatu bangsa.
Dia mengatakan, kondisi tersebut membuat pihak luar negeri khawatir terhadap tanaman sawit di Indonesia. Karena itu, pihak asing berusaha melumpuhkan industri sawit yang tumbuh subur ini. “"Pihak Negara luar terus melakukan upaya mematikan industri sawit di Indonesia, salah satunya dengan black campaign yang dianggap sebagai mitos. Bahkan, diperparah lagi black campaigntersebut menyebut tanaman sawit sebagai malapetaka. Namun, pada kenyataannya mitos atau pendapat negatif terhadap sawit kita ini tidak benar,” cetusnya.
Erwin menyebutkan,  angka konsumsi terhadap minyak pada tahun 2014 mencapai 145,3 juta ton. Dari empat sumber minyak nabati itu, minyak sawit mengalami peningkatan dari 1965 dimulai 16% menjadi 42% pada 2014, sedangkan minyak kedelai dari 65% pada 1965 mengalami penurunan menjadi 32% pada 2014, selanjutnya minyak lainnya seperti minyak rapeseed jumlah konsumsinya sebanyak 16% dan minyak bunga matahari sebanyak 10%.
“Dari jumlah konsumsinya, pasar sawit masih menjanjikan di dunia. Bahkan, masih menjadi peluang yang baik sebagai penopang perekonomian,” ujarnya.
Dia menambahkan, dengan terbentuknya Komunitas Pecinta Sawit semoga dapat memperhatikan industri sawit di tanah air. Karena, Indonesia memiliki potensi sawit sangat besar dengan lahan yang luas. Mudah-mudahan dengan terbentuknya komunitas ini akan lahir pemerhati sawit, sehingga semakin perekonomian Indonesia semakin maju dan berkembang.. (T2)

Mari bersatu memajukan perekonomian bangsa dan NKRI dari sektor perkebunan, terutama perkebunan kelapa sawit. WE CAN YOU CAN !!! 
Konsultasi : 082137868186

Prospek Dan Permasalahan Industri Sawit

                                        Prospek dan Permasalahan Industri Sawit
I. Latar Belakang
Tidak dapat dipungkiri, prospek industri kelapa sawit kini semakin cerah baik di pasar dalam negeri maupun di pasar dunia. Sektor ini akan semakin strategis karena berpeluang besar untuk lebih berperan menjadi motor pertumbuhan ekonomi nasional dan menyerap tenaga.
 Di dalam negeri, kebijakan pemerintah mengembangkan bahan bakar nabati (BBN) sebagai altenatif bahan bakar minyak (BBM) memberi peluang besar bagi industri kelapa sawit untuk lebih berkembang. Sesuai dengan target pemerintah, pada 2010 mendatang sekitar 10% dari kebutuhan bahan bakar dalam negeri akan disuplai dengan BBN, dimana 7% diantara berbasis minyak sawit atau dikenal sebagai biodiesel. Untuk itu diperlukan tambahan pasokan atau peningkatan produksi kelapa sawit dalam jumlah besar.
 Proyek ini mendapat sambutan positif. Beberapa waktu lalu telah ditandatangani 60 kesepakatan bersama antara berbagai pihak, termasuk 14 PMA dan 26 PMDN. Sampai tahun 2010, nilai proyek pengembangan BBN akan mencapai US$ 9 miliar-US$ 10 miliar yang disertai dana perbankan kurang lebih Rp 34 triliun. Tenaga kerja yang terserap diperkirakan mencapai 3,5 juta orang.
 Sementara itu di pasar dunia, dalam 10 tahun terakhir, penggunaan atau konsumsi minyak sawit tumbuh sekitar rata-rata 8%-9% per tahun. Ke depan, laju pertumbuhan ini diperkirakan akan terus bertahan, bahkan tidak tertutup kemungkinan meningkat sejalan dengan trend penggunaan bahan bakar alternatif berbasis minyak nabati atau BBN seperti biodiesel.
Tahun 2001-2005 (juta ton)
Uraian
2001
2002
2003
2004
2005
Pertumbuhan/tahun Produksi
23.94
25.22
28.08
30.89
33.50
Konsumsi
23.79
25.09
28.31
29.99
33.03
 Perkembangan Konsumsi dan Produksi CPO Dunia





Pertumbuhan penggunaan minyak sawit itu dipicu oleh peningkatan jumlah penduduk dunia dan semakin berkembangnya trend pemakaian bahan dasar oleochemical pada industri makanan, industri shortening, pharmasi (kosmetik). Trend ini berkembang karena produk yang menggunakan bahan baku kelapa sawit lebih berdaya saing dibandingkan minyak nabati dengan bahan baku lainnya.
Berdasarkan data dari Oil World, trend penggunaan komoditi berbasis minyak kelapa sawit di pasar global terus meningkat dari waktu ke waktu mengalahkan industri berbasis komoditas vegetable oil lainnya seperti minyak gandum, minyak jagung, minyak kelapa.
Sejak 2004 penggunaan komoditi minyak kelapa sawit telah menduduki posisi tertinggi dalam pasar vegetable oil dunia yaitu mencapai sekitar 30 juta ton dengan pertumbuhan rata-rata 8% per tahun, mengalahkan komoditi minyak kedelai sekitar 25 juta ton dengan pertumbuhan rata-rata 3,8% per tahun. Komoditi lainnya yang banyak digunakan adalah minyak bunga matahari yaitu sekitar 11,5 juta ton dengan pertumbuhan rata-rata 2,2% per tahun.
Dengan ketersediaan lahan dan iklim yang mendukung, Indonesia berpeluang besar untuk memanfaatkan trend tersebut. Sejumlah kalangan (pengamat dan pelaku dunia  usaha) optimis, Indonesia mampu menguasai dan menjadi pemain nomor satu di pasar industri kelapa sawit dunia yang kini dikuasasi oleh Malaysia.  Saat ini saja Indonesia sudah menguasai 37% pasar dunia, sementara Malaysia sebesar 42%. Diperkirakan, dalam dua tahun ke depan pangsa pasar Indonesia akan dapat melampaui pangsa pasar Malaysia.
Namun di sisi lain, banyak kalangan yang meragukan apakah Indonesia mampu mengoptimalkan daya saingnya untuk memperoleh nilai tambah (added value) yang maksimal bagi pembangunan ekonomi nasional. Ini tidak terlepas dari kenyataan, sebagian besar produk kelapa sawit nasional masih diperdagangkan dalam bentuk CPO atau minyak goreng, belum masuk ke dalam tahap industri yang mempunyai nilai tambah besar seperti industri bio surfactant.
Penggunaan CPO Nasional
   Penggunaan
Ekspor
Cooking Oil Industry
Margarine Industry
Soap Industry
Oleo Chemical Industry
Persentase
52%
37%
3%
3%
5%

 II. Kebijakan Pemerintah
          Dalam rangka mencapai target proyek BBN, pemerintah antara lain akan mendorong investasi di sektor sawit. Secara keseluruhan pemerintah telah mencadangkan 24,4 juta ha lahan hingga 2010 mendatang. Rinciannya, peluasan lahan perkebunan 5 juta ha, revitalisasi perkebunan kelapa sawit 2 juta ha, rehabilitasi lahan 9 juta ha dan reformasi agraria 8 juta ha.
          Kebijakan pemerintah ini mendapat sambutan positif seperti terlihat dari minat investor  yang cukup besar untuk ikut serta dalam proyek pengembangan BBN ini.
          Disamping itu, pemerintah juga telah memasukan industri kelapa sawit kedalam sektor prioritas bersama industri lainnya seperti tekstil, kehutanan, sepatu, elektronika, kelautan, petrokimia. Hal ini tidak terlepas dari potensi dan peran strategis yang bisa dicapai oleh sektor ini dalam pembangunan nasional.
Proyeksi dan Data Pokok Industri Kelapa Sawit Nasional
Keterangan
Luas Lahan
Produksi
Tenaga Kerja
2005
5,6 juta ha
13,5 juta ton
3,5 juta orang
2010
6,6 juta ha
18 juta ton
4-4,5 juta orang
         




Seperti diketahui, industri kelapa sawit adalah salah satu penyerap  tenaga kerja terbesar dan mempunyai kontribusi besar dalam menghasilkan devisa. Pada 2005, industri ini menyerap sekitar 3,5 juta tenaga kerja dan berhasil memberikan kontribusi sebesar US$ 4,7 miliar terhadap devisa negara (lihat tabel).




Produktivitas : 3,4 ton per ha
Kontribusi terhadap ekspor : US$ 4,7 miliar
Kontribusi terhadap PDB : 1,6%
Pertumbuhan 10 tahun terakhir : 8% per tahun
Untuk menunjang pertumbuhan industri kelapa sawit pemerintah juga telah mengeluarkan kebijakan antara lain menghapus pengenaan PPN (10%) dalam pengolahan crude palm oil (CPO) dan masuk dalam industri yang mendapat fasilitas insentif PPh (tax alowance) berdasarkan revisi Peraturan Pemerintah No. 148.
Kebijakan tersebut diharapkan akan dapat lebih memacu pertumbuhan sektor ini sehingga peran dan kontribusinya dalam perekonomian nasional terus meningkat.
          Namun, pemerintah juga menyadari bahwa kebijakan tersebut bukan satu-satunya yang dapat menjadi faktor stimulasi, tetapi masih banyak kebijakan yang harus terus menerus dikembangkan seperti penyediaan lahan, kompetensi SDM dan lain-lain. Dialog dan diskusi dengan para pemangku kepentingan perlu terus dilakukan secara kontinyu.
Industri kelapa sawit mempunyai rantai bisnis yang cukup panjang dan saling terkait. Mulai dari penyiapan lahan, pembibitan, supporting industri, pengolahan di industri hulu sampai pada industri hilir. Kebijakan pengembangan sektor ini benar-benar harus melalui koordinasi yang kuat antar instansi terkait sehingga bisa mencapai hasil yang optimal bagi pembangunan ekonomi nasional.
Oleh karena itu sektor usaha ini, masih membutuhkan kebijakan yang lebih tajam dan komprehensif untuk menghadapi kendala yang masih menghadang mulai dari hulu (sektor perkebunan), manufaktur (pengolahan) dan perdagangan.
III. Kendala Yang Dihadapi
          Langkah pemerintah mengembangkan proyek BBN, di satu sisi memang memberikan prospek pasar yang cukup besar kepada industri kelapa sawit. Namun di sisi lain, proyek ini juga mempunyai potensi gangguan terhadap kinerja ekspor, pasokan untuk kebutuhan konsumsi dalam negeri, termasuk untuk pengembangan industri hilir non-BBN seperti surfactant, deterjen atau komiditi lain yang berbasis oleo chemical.
          Jika pertumbuhan produksi sawit ke depan, tidak mampu memenuhi target pengembangan BBN, bisa dipastikan alokasi untuk ekspor akan menjadi berkurang, begitu juga untuk kebutuhan konsumsi. Akibatnya, harga minyak sawit (CPO) akan melejit dan berpeluang besar menimbulkan dampak negatif di masyarakat.
          Dalam upaya meningkatkan produksi sawit, selain upaya peningkatan produktivitas (revitalisasi perkebunan dan penyediaan bibit unggul), dibutuhkan tambahan lahan yang tidak sedikit. Diperkirakan, minimal dibutuhkan tambahan lahan perkebunan sekitar 1 juta ha dalam dua tahun ke depan. Ini tidak mudah jika tidak ada koordinasi yang kuat
          Masalah lain yang juga dihadapi adalah masih terjadinya infesiensi terkait dengan dukungan infrastruktur seperti sarana pelabuhan termasuk gudang penimbunan serta transportasi.
IV. Langkah Tindak
          Untuk menghindari berbagai persoalan yang mungkin muncul, Departemen Perindustrian sebagai salah satu instansi sentral dalam pengembangan industri kelapa sawit perlu segera melakukan langkah antisipasi antara lain mendorong sinkronisasi perencanaan dan kebijakan antara instansi terkait seperti Departemen Kehutanan dan Pemerintah Daerah mengenai ketersediaan lahan, Depatemen Pertanian sebagai instansi yang berwenang di bidang pengembangan perkebunan sawit serta Departemen Perdagangan yang berwenang di bidang pengaturan atau tataniaga distribusi, disamping instansi lain yang  terkait dengan industri pendukung seperti jasa transportasi dan keuangan.
          Untuk itu sejumlah langkah yang perlu disegera dilakukan Departemen Perindustrian adalah:
Pemetaan Alokasi Kebutuhan minyak sawit (CPO) dalam mendukung pencapaian target BBN. Ini sangat penting untuk menjaga agar tidak terjadi kekisruhan atau semacam crowding out dalam alokasi penggunaan kelapa sawit, antara kebutuhan ekspor, konsumsi (minyak goreng) serta kebutuhan industri hilir lainnya dengan kebutuhan BBN. Perlu dijaga, upaya pemerintah mendorong penggunaan BBN, jangan sampai merugikan sektor lainnya yang bisa merugikan masyarakat secara keseluruhan. 
Berdasarkan data yang ada, kebutuhan CPO untuk pangan sampai 2010 mendatang mencapai 10,5 juta ton, sedangkan kebutuhan bahan bakar nabati sekitar non-pangan 2,3 juta ton termasuk untuk BBN sebesar 2 juta ton atau setara dengan 2,13 juta kilo liter.
Kinerja Industri dan Proyeksi Penggunaan CPO untuk Pangan
No
1
2
3
4
Uraian
Tahun 2005
Perkiraan 2010
MGS Margarine & Shortening
MGS Margarine & Shortening
Kapasitas (ton)
9.778.000
526.000
13.396.949
671.322
Produksi (ton)
5.254.000
496.565
7.182.283
647.263
Utilisasi kapasitas %
53,73
94,40
64,60
89,00
 Nilai Produksi (Rp Triliun)
21,938
2,05
23,70
2,80
 Ekspor (Ribu Ton )
3.100
264,00
2.900
74,31
Nilai Ekspor (US$ Ribu )
1.160.124
122,674
1.126.536
37
Investasi (Rp Triliun )
2.247
39
2,25
0,05
Tenaga Kerja (orang)
17.292
3.300
18.391
4.163
Kebutuhan CPO (ton)
6.040.204
571.049
9.832.545
744.352
Total  Kebutuhan  CPO (ton)
7.737.505
10.576.897


Kinerja Industri dan Proyeksi Penggunaan CPO untuk Non-pangan (Oleo Chemical Dasar)
No
Uraian
Fatty Acid
F. Alcohol
Glycerin
2005
2010
2005
2010
2005
2010
1
Kapasitas (ton)
659,280
857,600
160,800
209,000
84,956
109,880
2
Produksi (ton)
525,312
576,000
113,490
148,200
41,000
65,600
3
Utilisasi (%)
80
67
71
71
48
60
4
Kebutuhan DN (ton)
272,015
34,200
84,550
12,000
11,098
20,075
5
Ekspor (ton)
250,272
350,000
77,762
115,000
29,120
45,000
6
Nilai Ekspor (US$ ribu)
85,302
119,315
99,520
147,177
22,076
34,110
7
Impor (ton)
3,025
17,800
10,533
21,000
702
525
8
Nilai Impor (US$ ribu)
4,335
16,900
13,466
19,900
745
557
9
Kebutuhan CPO (ton)
131,328
144,000
4,540
5,928
4,100
6,560


















Bersama Departemen Kehutanan dan Pemda mendorong kelancaran perluasan lahan sawit. Berdasarkan data yang ada, saat ini luas lahan sawit sudah mencapai 5,6 juta ha yang tersebar di 19 provinsi. Sedangkan potensi lahan yang masih tersedia diperkirakan mencapai 26 juta hektar (lihat tabel)
 Potensi Ketersedian Lahan Kelapa Sawit
No
Provinsi
Luas (ha)
1
NAD
384.871
2
Bengkulu
208.794
3
Kaltim
4.700.333
4
Sumut
37.000
5
Lampung
336.872
6
Sulteng
256.238
7
Sumbar
355.814
8
Jabar
224.706
9
Sulsel
192.370
10
Riau
2.563.156
11
Banten
63.742
12
Sultra
10.264
13
Jambi
1.818.118
14
Kalbar
1.681.186
15
Papua
6.331.128
16
Sumsel
1.483.959
17
Kalteng
3.610.819
18
Babel
593.038
19
Kalsel
1.162.959

Di samping kemudahan perizinan, aspek penting yang perlu mendapat perhatian dalam hal penyediaan lahan ini adalah status lahan agar Indonesia faktor lingkungan tetap terjaga. Ini sangat penting karena industri kelapa sawit rawan terhadap issue lingkungan hidup.
Bersama Depertemen Pertanian mendorong peningkatan produktivitas perkebunan antara lain dengan mengembangkan riset pembibitan untuk mendapatkan sawit berkualitas dengan kadar karotene.
Saat ini, produktivitas kelapa sawit di Indonesia masih rendah rendah yaitu 2-3 ton per ha jauh di bawah Malaysia 4-6 ton per ha.
Saat  ini, penelitian dan pembibitan dilakukan sebagian besar dilakukan oleh pelaku industri sehingga tidak efisien, dan perlu dikembangkan secara terintegrasi.
Peningkatan produktivitas juga dilakukan melalui revitalisasi perkebunan karena saat ini sebagian besar usia kelapa sawit yang ada sudah tergolong  tua.
Mendorong dukungan dari supporting industry seperti jasa instalation, pelabuhan yang selama ini umumnya ditangani oleh masing-masing produsen sehingga tidak terintegrasi dan telah menimbulkan over investasi, idle capacity dan inefisiensi.
Mendorong pertumbuhan industri hilir untuk meningkatkan nilai tambah. Selama ini industri kelapa sawit masih terfokus pada industri hulu sehingga ekspor masih didominasi oleh komoditi CPO.
Untuk mendorong industri hilir ini Depertemen Perindustrian perlu mencarikan skim insentif  yang menarik bagi investor. Perlu diketahui, permintaan produk dari industri hilir berbasis kelapa sawit seperti edible oil, oleo chemical, biodiesel, surfactant terus meningkat.
Untuk edible oil misalnya, berdasarkan data Oil World, konsumsi perkapita akan meningkat seiring dengan pertumbuhan pendapatan. Semakin tinggi pendapatan per kapitas suatu  negara, konsumsi edible semakin tinggi seperti Amerika Serikat yang mencapai 49 kg per tahun per orang (lihat grafik)
Mendorong terbentuknya kawasan industri kelapa sawit yang terintegrasi. Ini sangat penting agar industri kelapa sawit Indonesia lebih efisien dan daya saingnya lebih kuat.
Selain itu pembentukan kawasan yang terintegrasi ini juga akan lebih memudahkan untuk mendorong pengembangan industri hilir. Saat ini Indonesia baru mempunyai 17 jenis industri hilir dari 30 jenis industri hilir yang berpotensi dikembangkan.
Bersama dengan Menteri Perdagangan mendorong kerjasama dengan negara konsumen terbesar seperti  India dan RRC yang masih mengggunakan hambatan tarif dan nontarif terhadap produk CPO Indonesia. India misalnya saat ini masih mengenakan Bea Masuk sebesar 80%-90% sehingga membuat daya saing CPO menjadi tertekan dibandingkan minyak nabati lain seperti minyak kedelei yang hanya dikenakan BM 15%.
Mendorong revitalisasi industri pupuk untuk mendukung pasokan kebutuhan industri kelapa sawit. Peningkatan lahan perkebunan untuk mencapai target proyek BBN akan meningkatkan permintaan terhadap pupuk. Sementara itu, kemampuan produksi pupuk nasional saat ini sudah sangat terbatas hanya sekitar 5,8 juta ton urea, 819 ribu ton SP 36, ZA 644 ribu ton, NPK 277 ribu ton. Kecuali untuk jenis  urea, untuk jenis lainnya Indonesia masih impor karena produksi dalam negeri belum mencukupi.
Tanpa adanya tambahan kapasitas produksi, bisa dipastikan impor pupuk akan meningkat  tajam  untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri terutama untuk perkebunan. Ini sangat rawan karena peluang terjadinya penyeludupan pupuk bersubsidi (untuk petani pangan) ke sektor perkebunan akan semakin besar.
Mari bersatu memajukan perekonomian bangsa dan NKRI dari sektor perkebunan, terutama perkebunan kelapa sawit. WE CAN YOU CAN !!! 
Konsultasi : 082137868186